INSPIRASI SULTRA.COM, RAHA-Bupati Muna, H Bachrun melaunching gerakan tanam jagung daerah yang dipusatkan di Desa Wakumoro Kecamatan Parigi, Minggu (1/6). Launching ini mengawali gerakan menyeluruh jajaran pemerintah daerah dan masyarakat untuk menyukseskan program industrialisasi jagung untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.
Bachrun yakin, industrialisasi jagung ini dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Muna. Pasalnya, Muna tak memiliki tambang, namun memiliki kekayaan alam berupa lahan pertanian yang subur dan luas yang cocok dimanfaatkan untuk tanaman jagung.
Olehnya itu pasangan La Ode Asrafil Ndoasa ini mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan gerakan tanam jagung. Bahkan Bachrun menginstruksikan seluruh kepala OPD, camat, lurah/kades, kepala sekolah dan petugas penyuluh lapangan (PPL) untuk memasifkan gerakan tanam jagung ini dengan membuka lahan jagung minimal satu hektar per orang.
Bachrun mengatakan, jika target penanaman jagung ini mencapai target 30 ribu hektar dengan memaksimalkan produksi jagung tujuh sampai 10 ton per hektar, maka petani dapat meraup hasil Rp 1,3 Triliun untuk sekali panen. “Uangnya bukan uang Pemda, tapi ini adalah uang para petani,”sebutnya.
Sebagai bentuk komitmen dan keseriusan Pemkab Muna terhadap program ini, Bachrun menegaskan, akan mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar lagi dalam APBD untuk kegiatan pengembangan jagung di Kabupaten Muna.
Suami Prof.Hj Leomo Bachrun ini mengatakan, salah satu syarat untuk memproduksi jagung untuk kebutuhan industri makanan dan minuman adalah fasilitas pasca panen, dan Kabupaten Muna telah memiliki fasilitas itu di Desa Bea Kecamatan Kabawo yang dibangun senilai kurang lebih Rp 14 M. “Alhamdulillah Muna memiliki fasilitas ini di Desa Bea, terima kasih kepada bapak Rusman Emba,”ucapnya.
Gerakan tanam jagung daerah mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Prov.Sultra, Prof M Taufiq yang ikut dalam launching tersebut. Ia mengatakan, Pemprov dibawah kepemimpinan Andi Sumangeruka (ASR) dan Hugua akan mendukung penuh program ini untuk mewujudkan ketahanan pangan di daerah. “Program seperti ini kami baru rancang untuk dilaksanakan di Desa Wawolemo Kabupaten Konawe, tapi Muna sudah lebih awal memulainya, kami mendukung penuh kegiatan ini,”kata Prof Taufiq.
Dukungan tersebut kata Taufiq berupa dukungan kebijakan dimana program ini juga sejalan dengan program ASR-Hugua serta dukungan berupa bantuan benih, pupuk dan alat mesin pertanian (Alsintan).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Muna, La Ode Anwar Agigi menegaskan bahwa program ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Muna sebagai sentra pusat perdagangan jagung ekspor di Sulawesi Tenggara, dimana Kabupaten Muna saat ini berada pada urutan ketiga dalam kawasan pertanian nasional jagung, setelah Kabupaten Bone dan Maros sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No.2 tahun 2025, dima luas potensi lahan pertanian jagung di Muna seluas 83 ribu hektar.
Program ini mendapat dukungan penuh dari salah seorang tokoh masyarakat Kabupaten Muna yang juga mantan pimpinan DPRD Muna, Mahmud Muhammad. Mahmud menyebut, Bachrun-Asrafil adalah pemimpin yang memberi perhatian terhadap ide, gagasan dan gerakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan pertanian menjadi lahan produktif untuk tanaman jagung.
Mahmud yakin, diatas lahan warisan keluarganya seluas 70 hektar ini, gerakan tanam jagung untuk kebutuhan industri makanan dan minuman yang saat ini digagas Pemkab Muna bakal diwujudkan. “Lahan ini namanya Labhotoro yang merupakan warisan keluarga. Wilayah ini masuk Desa Wakumoro tapi petaninya adalah penduduk Desa Warambe dan sebagian eks Labulu-Bulu. Kebun ini akan menjadi pilot project kebun jagung di Muna dan akan menjadi keberhasilan Pemkab Muba,”kata Mahmud.
Mahmud menambahkan, pengelolaan lahan tersebut bersama masyarakat setempat akan dilakukan dalam bentuk koperasi dan ia meminta agar ketua koperasi tersebut adalah ex Officio Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Muna.
Ia juga secara langsung meminta bantuan dari Dinas Pemprov Sultra untum memaksimalkan pengolahan lahan seluas 70 hektar tersebut. “Kami butuh peralatan yang memadai untuk mengolah lahan seluas ini karena tidak cukup hanya mengandalkan peralatan tradisional,”pinta pria yang sampai saat ini getol menyuarakan tanaman enau atau Kowala ini. (REDAKSI)
Comment