INSPIRASI SULTRA.COM, RAHA-Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muna, Leman Jaya mengungkap data mencengangkan tentang kondisi luasan lahan pertanian jagung di wilayah Kabupaten Muna dan Muna Barat, hasil pemotretan triwulan pertama bulan Januari sampai Maret 2025.
Leman menyebut, lahan pertanian jagung di kedua wilayah tersebut berkurang secara drastis hingga 50 persen. Hal itu disampikan Leman saat diundang menjadi pembicara di forum konsultasi publik yang digelar oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Raha, Rabu (30/7/2025) yang dihadiri oleh 33 satuan kerja (satker) wilayah Muna dan Mubar.
Leman mengungkapkan, salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian jagung di Muna dan Muna Barat, karena masyarakat petani mulai beralih ke tanaman nilam. Menurunnya luasan lahan pertanian jagung ini kata dia, menjadi warning akan adanya potensi ‘guncangan’ ekonomi di kedua daerah tersebut, sebab sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Muna maupun Muna Barat.
“20 persen atau 1/5 pertumbuhan ekonomi kita di Muna dan Muna Barat adalah dari sektor pertanian. Kalau ekonomi kita ingin tumbuh satu persen maka kita harus menanam lima kali lipat dari luasan yang ada, sementara kondisi hari ini banyak lahan yang dialih fungsikan ke tanaman nilam. Dari sisi ekonomi pendapatan naik, tapi harga nilam saat ini dimanikan oleh tengkulak ,”ujar Leman.
Warning yang disampaikan Leman Jaya ini bukan tanpa dasar. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna dan Muna Barat yang terjadi pada triwulan pertama, hanya mencapai 2,8 persen dari biasanya tumbuh 5 persen.
Padahal, pada triwulan pertama tersebut ada momen hari raya Idul Fitri yang mestinya pertumbuhan meningkat lebih tinggi dari sebelumnya, dikarenakan pada momen tersebut tingkat konsumsi masyarakat akan sangat tinggi.
“Pada triwulan pertama ini mestinya ekonomi kita tumbuh lebih tinggi, tapi data menunjukkan pertumbuhan yang lambat. Ini menunjukkan mulai ada guncangan ekonomi, ini menjadi warning untuk kita semua,”terangnya.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat para triwulan pertama kata Leman juga dipengaruhi oleh faktor Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang belum cair. “PDRB kita di Muna dan Muna Barat masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Jika harga beras naik maka akan sangat berpengaruh sekali karena tingkat konsumsi beras masyarakat paling tinggi. Kita pemerintah harus berupaya menjaga daya beli masyarakat, caranya dengan memperbaiki produksi dan mengurangi pengeluaran. Kita lebih banyak mengimpor pangan dari luar daerah, seperti beras, telur, buah, sayuran dan lain-lain sehingga ekonomi kita ‘rapuh’,” jelasnya.
Leman mengatakan, butuh terobosan baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Muna dan Muna Barat, selain sektor pertanian, yakni melalui pengembangan sektor lain seperti pariwisata.
Ia juga menyarankan perlu adanya edukasi dan pembukaan lapangan kerja yang layak, karena masyarakat butuh uang dan kesulitan lapangan pekerjaan. “Ketika ada tawaran menggiurkan mereka tertarik,”ucapnya. REDAKSI
Comment