INSPIRASI SULTRA.COM, RAHA-Menjadi warga binaan Rumah Tahanan Kelas II B Raha tak membuat ide dan gagasan La Ode Gomberto ikut terpenjara. Dimasa menjalani proses asimilasi di salah satu perusahaan konstruksi, PT Mitra Pembangunan Sultra (MPS), Gomberto menuangkan ide dan gagasannya untuk mengembangkan potensi mangrove di lingkungan PT MPS sebagai kawasan ekowisata. Hal ini menjadi bukti bahwa Gomberto benar-benar menjalani perannya dengan baik dan produktif selama proses asimiasi berlangsung.
Jumat (8/8/2025) Bupati Muna, H Bahrun Labuta, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Akhmad Safei serta Yayasan Hutan Biru (Blue Forest) berkunjung ke lokasi yang direncanakan akan menjadi salah satu ikon wisata Kabupaten Muna ini.
Kepada wartawan, Gomberto mengungkapkan bahwa ide dan gagasan ini adalah salah satu bentuk kegiatan sosial yang ia lakukan selama menjalani proses asimilasi di PT MPS dengan menjalankan agenda Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial PT MPS kepada lingkungan sekitar perusahaan atau industri. “CSR PT MPS kita arahkan untuk kegiatan upaya pelestarian dan konservasi hutan mangrove di lingkungan PT MPS sekaligus menjadikannya sebagai ekowisata,”ungkapnya.
Ekowisata garapan Gomberto ini terbilang unik dan beda dari destinasi wisata lain yang ada di Kabupaten Muna, dimana lokasi ini menyuguhkan pemandangan bentangan hutan mangrove yang hijau di sepanjang perairan payau dengan kicauan burung yang menenangkan jiwa.
Ekowisata ini juga direncanakan akan menawarkan keindahan pasir putih, wahana sirkuit sepanjang 1,6 km, kuliner serta home stay. “Kita juga akan menawarkan wahana sirkuit untuk balapan, karena banyak anak-anak muda kita yang memiliki hobi balapan. Standar sirkuit 1,4 km dan kita akan bangun sepanjang 1,6 km,”paparnya.
Kegiatan ini kata Gomberto, sebagai salah satu bentuk kepedulian PT MPS terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. “Selama ini industri selalu dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Kegiatan ini sekaligus mematahkan mitos itu bahwa tidak selamanya kegiatan industri selalu merusak lingkungan, sepanjang pengelolaan sumberdaya alam dilakukan dengan baik dan berkelanjutan. Industri dan pelestarian lingkungan harus jalan beriringan,”pungkasnya.
Bupati Muna, H Bachrun Labuta menyambut positif ide dan gagasan Gomberto dan PT MPS. Bachrun siap mendukung langkah yang dilakukan oleh PT MPS untuk ‘menyulap’ kawasan ini sebagai objek wisata berbasis mangrove, tanpa membutuhkan bantuan pendanaan dari Pemkab Muna.
“Saya sangat mendukung, karena PT MPS komitmen untuk melindungi ekosistem mangrove kita, selain itu akan ada upaya penanaman mangrove di pesisir ini. Pembangunannya tidak menggunakan uang Pemkab Muna,”ucapnya.
Juga ditambahkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Muna, Akhmad Safei bahwa Pemkab Muna khususnya Dinas Pariwisata akan segera menyiapkan regulasi terkait pengelolaan wisata mangrove di PT MPS. Safei yakin, objek wisata yang dirintis PT MPS ini akan menjadi pemantik bangkitnya pariwisata di Kabupaten Muna.
Dukungan juga datang dari Yayasan Hutan Biru atau Blue Forest. Melalui anggotanya, Anastalia, pihaknya siap melakukan pendampingan dan mengawal kegiatan pengembangan ekowisata yang digagas oleh PT MPS di bibir pantai Motewe ini, sehingga kegiatan ini tetap mengacu pada regulasi yang ada dan tetap mengedepankan pelestarian lingkungan khususnya ekosistem mangrove di wilayah tersebut.
Anastalia mengungkapkan, Kabupaten Muna termasuk salah satu daerah yang memiliki luasan hutan mangrove terbesar di Sulawesi Tenggara seluas 8.117 dengan 21 jenis mangrove. “Ekosistem mangrovenya harus tetap dipertahankan sebagai green belt (sabuk hijau_red) untuk menahan abrasi pantai ke wilayah daratan,”kata Anastalia. (REDAKSI)
Comment